Jumat, 05 November 2010

FAAL HATI

FAAL HATI :  jenis pemeriksaan, cara pengambilan dan pengiriman bahan pemeriksaan, viral hepatitis markers.

Faal Hati merupakan pusat berbagai proses metabolisme, hal ini dimungkinkan sebab hati menerima darah baik dari sirkulasi system dan juga dari system porta.
Jaringan hati tersusun dari sel parenkim (60%), sel system fagosotik monosit-makrofag (lebih dikenal sebagai  Reticulo-Endothelial Sytem, RES) yaitu sel-sel kupffer (30%),  dan sisanya adalah jaringan vaskuler, saluran empedu dan jaringan penunjang. Sel-sel hati berderet radialis dipisahkan oleh sinusoid dengan sel-sel kupfer pada dindingnya.

PERAN HATI DALAM METABOLISME  
Hati berperan penting dalam metabolisme berbagai  zat, antara lain:
1.      Karbohidrat:
→ mengatur kadar glukosa darah dengan proses glikogenesis, glikogenolisis dan glukoneogenesisi.
2.      Protein:
→mensintesis kebanyakan protein plasma (albumin, globulin, factor-faktor koagulasi)
3.      Lemak/asam empedu
→mensintesis lipid (fosfolipid,kolesterol, trigliserida),apoprotein, lipoprotein, enzim LCAT  (lecithin-cholesterol acyltransferase)
→mensintesis dan mengekskresikan asam empedu
4.      Vitamin
→menyimpan vitamin (A, D, dan B12)
→3 symber makanan yang utama
     Karbohidrat
     Protein
     Lemak
5.      Mineral atau Besi
→menyimpan mineral (Fe dan Cu)
6.      Hormon:
→mengatalisis hormone (tiroid, esterogen, steroid)

Faal hati dapat dibedakan sebagai berikut:
1.      Faal sintesis:
→albunin, globulin, factor-faltor koagulasi, lipoprotein dan asam empedu primer.
2.      Faal menyimpan:
→vitamin, mineral, glikogen
3.      Faal ekskresi:
→bilirubin, asam empedu,kolesterol, obat-obatan
4.      Faal detoksifikasi (menawarkan racun)
→amoniak, hormon ateroid, bilirubin, obat-obatan
5.      Faal menyaring
→sel-sel Kupffer menyaring toksin yang diserap dari usus
PEMERIKSAAN FAAL HATI
            Pemeriksaan bertujuan:
1.      Sebagai pemeriksaan penyaring (ada atau tidak ada kelainan faal hati atau sel hati)
2.      Membantu menegakkan diagnosis
3.      Membantu membuat diagnosis banding
4.      Membantu membuat  prognosis
5.      Mengikuti perjalanan penyakit dan hasil pengobatan
6.      Membedakan jenis-jenis ikterus(kuning)

Banyak tes yang dikenal sebagai tes faal hati (TFH), tetepi sebagian sebenarnya tidak menguji  faal hati manapun, misalnya tes yang menunjukkan adanya perubahan dinding(sel) hati.  Walaupun demikian semua tes tersebut sudah dikenal dan diterima dengan nama TFH. Umumnya TFH tidak khas untuk hatu karena tidak dapat dipengaruhi oleh factor-faktor ekstra hepatik. Kebanyakan tes kurang peka sebab daya cabang hati besar (80 – 90%) dan daya regenerasi yang cepat; luasnya proses juga menentukan kepekaan tes.
      Selain itu, dalam memilih TFH perlu diperhatikan pula daya pembeda dari masing-masing tes tersebut terhadap jenis kelainan yang ada. Oleh karena hal tersebut maka sering digunakan kombinasi dari beberapa tes.

      Tes faal hati (TFH) dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1.      Tes faal sintesis
A.    Kadar ALBUMIN: (bagian dari protein)
Gangguan faal sintesis albumin terjadi hipoalbuminemia. Pada proses/penyakit akut keadaan ini kurang  nyata, sebaiknya pada penyakit  kronis / degeberatif (wasting diseases) sering dijumpai. Tes ini baik untuk prognosis.
B.     Tes FLOKULASI atau LABILITASI:
Misalnya : TTT (Thymol Turbidity Test), ZTT (Zincsulphate TT=Kunkel), Takata Ara, dll. Tes ini mengganbarkan kadar albumin secara tidak langsung.
C.     ELEKTROFORESIS PROTEIN: (menggunakan medan magnet)
Teknik pemeriksaan untuk memisahkan protein menjadi fraksi-fraksi, yaitu : albumin dan globulin (alfa-1, alfa-2, beta, gamma). Pola fraksi protein pada hasil pemeriksaan elektroforesis tersebut, member i informasi tambahan untuk membuat diagnosis banding, misalnya  pola sirosis hepatis.
D.    Aktivitas enzim (Pseudo-) CHOLINESTERASE
Aktivitasnya menurun pada kerusakan hepatoseluler, juga pada keracunan organofosfat. Tes ini baik yntuk prognosis
E.     FAKTOR-FAKTOR KOAGULASI, Tes PT (prothrobin Time) atau nama lain dari masa protrombin plasma (MPP), setelah pemberian vitamin K secara parenteral :
Masa protrombin plasma memanjang pada gangguan hepatoseluler dan kolestasis (terhentinya aliran empedu). Pada kolestasis maka pemberian vitamin K parenteral akan memperbaiki PT. sebaiknya pada gangguan hepatoseluler maka pemberian vitamin K tidak akan memperbaiki hasil PT.



2.      Tes faal sekresi (terkonyugasi di hati=Dairek)
a.       Pemeriksaa kadar BILIRUBIN darh yaitu bilirubin total, direk, dan indirek  juga bilirubin dan urobilinogen urin dan tinja serta urobilin urin dan sterkobilin tinja.
b.      Indeks ikterus: (Daurek-Indairek)
Prinsip: warna serum dibandingkan  dengan warna larutan kalium bikromat, agar kadar bilirubin dapat diperkirakan. Sifat tes ini kasar dan banyak positif palsu. Teknik pemeriksaan sekarang langsung telah umum digunakan.
c.       Kadar Asam Empedu(bile acids)
Asam empedu (AE) berasal dari kolestrol. Asam empedu berikatan dengan asam amino (gliinisin dan taurin) menjadi garam empedu (bile salts). Asam empedu berfungsi mengemulsikan lemak yang berasal dari maksns yang telah  berada dalam usus halus. Selain itu, AE brperan mengaktifkan emzim lipase pancreas. Asma empedu direabsorpsi di ileum, mengikuti sirkulasi enterohepatik sebagian besar AE akan diambil oleh sel hati, sebagian kecil masuk ke sirkulasi sisremik (kadar darah puasa <6 mol/L). Tes  ini cukup peka untuk kelainan hepatobilier.
d.      Tes retensi BSP (bromsulfonflalien)
Tes ini bersifat infasif karena larutan BSP disuntikkan intravena dan setelah 45 menit barulah dilakukan pungsi vena lalu kadar BSP yang direntensi dalam darah diukur. Normal retensi: <5%. Ada bahaya anafilaksis, selain itu bila ekstravasasi terjadi iritasi jaringan sampai nekrosis. Tes ini digunakan khusus misalnya  pada diagnosis Sindoma Dubin Johnson, yaitu ditemukan setelah 45 menit retensi normal atau meningkat ringan, tetapi setelah 2 jam meningkat tinggi karena adanya gangguan ekskresi.
3.      Tes faal detoksifikasi
a.       Kadar amoniak(Ammonia):
Amioniak berasal  dari perombakan produk nitrogen (protein) oleh bakteri di usus yang diserap dan kemudian diubah menjadi ureum oleh sel hati, lalu dikeluarkan lewat ginjal. Pada kegagalan faal hati kadar amoniak darah meningkat dan dapat menyebabkan koma hepatikum
b.      Uji asam hipurat: (zat yang tidak dapat diubah)
Asam benzoat diberikan per  oral atau parenteral akan diubah menjadi asam hipurat di hati dan dikeluarkan lewat ginjal dalam urin. Kadar yang menurun dalam urin menandakan gangguan faal detoksifikasi hati atau faal ginjal.

4.      Tes integritas sel hati:
Enzim –enzim hepatoseluler terdiri dari enzim sitoplasmik dan enzim mitokondria. Tes ini amat peka pada peningkatan permeabilitas atau kerusakan ringan dinding sel, enzim sitoplasmik seperti  ALT (alanin transaminase) atau SGPT (serum glutamate pyruvate transaminase). ALT adalah enzim yang dibuat dalam sel hati (hepatosit), jadi lebih spesifik untuk penyakit hati dibandingkan dengan enzim lain. Biasanya peningkatan ALT terjadi bila ada kerusakan pada selaput sel hati. Setiap jenis peradangan hati dapat menyebabkan peningkatan pada ALT (GPT), LDH5 meningkat aktivitasnya dalam darah. Bila kerusakan lebih berat sampai nekrosis sel maka aktivitas enzim mitokondria yaitu AST/GOT(aspartat transaminase) atau SGOT (serum glutamate oxcaloacetat transaminase)AST adalah enzim mitokondria yang juga ditemukan dalam jantung, ginjal dan otak. Jadi tes ini kurang spesifik penyakit hati.dan GLDH(glutamate dehidrogenase) bersifat unikoluker terletak dalam mitochondria. Enzim ini peka karena itu baik untuk deteksi dini kerusakan sel hati. Cortison dan sulfonil urea dosis terapi dapat menurunkan GLDH.

5.      Tes adanya kolestasis:
Enzim-enzim kolestasis yaitu ALP (Alkaline Phosphatase) ALP meningkat pada berbagai jenis penyakit hati (sirosis, kanker), tetapi juga dapat terjadi berhubungan dengan penyakit tidak terkait dengan hati. ALP sebetulnya adalah suatu kumpulan enzim serupa, yang dibuat dalam saluran cairan empedu dan selaput dalam hati, tetapi juga ditemukan di banyak jaringan lain. Peningkatan ALP dapat terjadi bila saluran cairan empedu dihambat, LAP, -GT, 5-NT terdapat banyak pada dinding sel hati terutama  di sekitar kanalikuli biliaris. Pada kolestasis terutama bila penyebabnya ekstrahepatik, aktivitasnya meningkat nyata (ekskresi, sintesis, regurgitasi). Pada kerusakan hepatoseluler peningkatannya hanya ringan.

6.      Tes factor  etiologis
a.       Auto-Antibodi
AMA→pada sebagian besar sirosis biliaris primer
SMA→pada hepatitis kronis aktif, sirosis biliaris primer
ANA→pada hepatitis kronis aktif tipe lupoid
b.      Alfafetoprotein (AFP)
Kadarnya meningkat pada hepatitis akut, hepatitis kronis, sirosis hati, maupun hepatoma. Pada penyembuhan hepatitis kadarnya juga mungkin meningkat ringan. Bila kadarnya terus meningkat terutama bila ≥2000 ng/mL, AFP dapat dianggap diagnostic sebagai penanda tumor (tumor marker) untuk hepatoma. Kadarnya juga meningkat pada tumor embrional, kehamilan.
c.       Alpha-1-antitrypsin: kdar dalm darah menurun menunjang adanya neonatal hepatitis / cholestasis, juga sirosis hepatis.
d.      Seruloplasmin: kadar dalam darah menurun menunjang adanya penyakit Wilson dan sirosis hepatis.
e.       Penanda serologis (SEROMARKER) Virus Hepatitis:
Telah dikenal jenis-jenisw virus hepatitis yaitu: virus hepatitis A, B, C, D, E, dll dengan penanda masing-masing :
VNA atau HAV (hepetits virus A)               →anti-HAV (IgM / IgG)
VHD atau HBV                               →HBsAg, HBeAg, anti-HBs, anti-HBe, anti-HBc (IgM/IgG), HBV-DNA
VHB atau HDv                                →HDAg, anti-HD (IgM/IgG)
VHC atau HCv                                →anti-HCV (total/IgM), HCV-RNA
VHE atau HEV                               →anti-HEV (IgM/IgG)

Adanya pertanda hepatitis virus dalam darah penderita.
Penderita hepatitis A akut atau baru sembuh dari hepatitis A, ditandai dengan IgM anti HAV yang positif. Sedang IgG anti HAV positif sering ditemukan pada anak atau orang dewasa dari negara berkembang dengan sanitasi lingkungan yang jelek. Ini menandakan penderita pernah terinfeksi virus hepatitis A dimasa lalu. Karena itu prevalensi IgG HAV dapat dipakai sebagai indeks sanitasi lingkungan suatu negara.
Sembuh dari infeksi Hepatitis B, ditandai dengan menghilangnya HBsAg dan timbulnya anti HBs. Sedang IgM Anti HBc pos, berarti baru (recent) terinfeksi dengan hepatitis B.
Hepatitis B yang menahun.
1.  Hepatitis kronis fase replikatip/toleran. Ditandai dengan HBsAg+, HbeAg+, HBVDNA+ ( kuantitatif dapat >105 copy/ml). Tapi Faal hatinya normal. 
2.  Hepatitis kronis reaktif aktif (necro-inflamatory stage). Ditandai dengan HBsAg+, HBeAg+, HBVDNA+ (kuantitatif dapat >105 copy/ml). Tapi Faal hati nya Abnormal, terutama SGOT/PT tinggi (>3X nilai normal), albumin/globulin biasanya masih normal, bilirubin dapat menigkat sedikit (< dari 3 mg%)
3.  Hepatitis khronis B mutant. Disini HBsAg+, HBeAg negatif, tetapi anti HBe+,  dan HBV DNA+. Liver fungsinya terganggu. Biasanya penderita ini, mempunyai penyakit hati yang lebih berat.
4.  Hepatitis inaktif/integratif. HBsAg+, Anti HBe+, HBV DNA negatif atau dibawah < 103 copy/ml dan faal hatinya normal.
5.   Sirosis hati B, rasio albumin/globulin terbalik, Bilirubin meningkat (< dari 5 mg%), SGOT> SGPT, biasanya meningkat sekitar 2 s/d 4 kali normal, tapi pada yang sirosis berat SGOT/SGPT dapat normal. HBsAg+, HBeAg/anti HBe  dapat  positif. HBV-DNA seringnya sudah negatif.
Hepatitis C
1. Sembuh dari hepatitis C, ditandai dengan anti HCV+, HCV-RNA – (negatif), faal hati yang normal.
2. Hepatitis C kronik, ditandai dengan Anti HCV+, HCV-RNA +,  faal hati sebagian terbesar terganggu, tapi bisa normal pada sebagian kecil penderita.
3. Sirosis hati C, rasio albumin/globulin terbalik, Bilirubin meningkat( < dari 5mg%), SGOT > SGPT, biasanya meningkat sekitar 2 s/d 4 kali normal, tapi pada yang sirosis berat SGOT/SGPT dapat normal. Anti HCV dan HCV-RNA positif.
Genotype hepatitis.
Pada hepatitis B ada 8 genotipe dan diberi nama abjad A sampai dengan H. Di Indonesia terutama genotipe B dan C. Hepatitis C ada 6 genotipe dan diberi nama angka 1 sampai 6. Dalam satu genotipe ada dibagi lagi menjadi sub-genotipe dan tambahan huruf kecil dari a sampai c. Di Indonesia yang terbanyak adalah genotipe 1b. (> 65%)


Petanda hepatitis virus secara kuantitatif dan kualitatif.
1.    Hepatitis B.
Pemeriksaan kualitatif selalu lebih sensitif dari pada pemeriksaan kuantitatif. Cara pemeriksaan kuantitiatif hepatitis B dikerjakan dengan bermacam cara dan tiap cara mempunyai sensitivitas tertentu dan juga pelaporannya dapat memakai satuan tertentu. Lihat tabel 5. Hasil kuantitiatif hepatitis B diatas 105 copy/ml dianggap batas untuk diobati.
2.      Hepatitis C.
Juga pemeriksaan kualitatif lebih sensitif dari kuantitatif. Ada bermacam cara pemeriksaan kuantiatif HCV dan mempunyai rentang sensitivitas yang berbeda. Hasil kuantitatif dari 1 cara pemeriksaan kuantitatif HCV,  tidak dapat disamakan hasilnya dengan pemeriksaan HCV dengan cara yang lain.
Penyebab:
Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari kelima virus hepatitis, yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa terjadi karena infeksi virus lainnya, seperti mononukleosis infeksiosa, demam kuning dan infeksi sitomegalovirus. Penyebab hepatitis non-virus yang utama adalah alkohol dan obat-obatan.
Jenis Virus Hepatitis :
Virus hepatitis A. Virus hepatitis A terutama menyebar melalui tinja. Penyebaran ini terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan. Di negara-negara berkembang sering terjadi wabah yang penyebarannya terjadi melalui air dan makanan.
Virus hepatitis B. Penularannya tidak semudah virus hepatitis A. Virus hepatitis B ditularkan melalui darah atau produk darah. Penularan biasanya terjadi diantara para pemakai obat yang menggunakan jarum suntik bersama-sama, atau diantara mitra seksual (baik heteroseksual maupun pria homoseksual). Ibu hamil yang terinfeksi oleh hepatitis B bisa menularkan virus kepada bayi selama proses persalinan. Hepatitis B bisa ditularkan oleh orang sehat yang membawa virus hepatitis B. Di daerah Timur Jauh dan Afrika, beberapa kasus hepatitis B berkembang menjadi hepatitis menahun, sirosis dan kanker hati.
Virus hepatitis C. Menyebabkan minimal 80% kasus hepatitis akibat transfusi darah. Virus  hepatitis C ini paling sering ditularkan melalui pemakai obat yang menggunakan jarum bersama-sama. Jarang terjadi penularan melalui hubungan seksual. Untuk alasan yang masih belum jelas, penderita "penyakit hati alkoholik" seringkali menderita hepatitis C.
Virus hepatitis D. Hanya terjadi sebagai rekan-infeksi dari virus hepatitis B dan virus hepatitis D ini menyebabkan infeksi hepatitis B menjadi lebih berat. Yang memiliki risiko tinggi terhadap virus ini adalah pecandu obat.
Virus hepatitis E. Virus hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang menyerupai hepatitis A, yang hanya terjadi di negara-negara terbelakang.
Virus hepatitis G. Jenis baru dari virus hepatitis yang telah terdeteksi baru-baru ini.


Virus-virus lain yang dapat menyebabkan hepatitis :
1.      Virus Mumps
2.      Virus Rubella
3.      Virus Cytomegalovirus
4.      Virus Epstein-Barr
5.      Virus Herpes
Hepatitis adalah peradangan hati karena berbagai sebab.
Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut hepatitis akut, hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut hepatitis kronis.
PENYEBAB
Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari kelima virus hepatitis, yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa terjadi karena infeksi virus lainnya, seperti mononukleosis infeksiosa, demam kuning dan infeksi sitomegalovirus.Penyebab hepatitis non-virus yang utama adalah alkohol dan obat-
Pemeriksaan untuk hepatitis akut :
Enzim GOT, GPT
Penanda hepatitis A (Anti HAV IgM)
Penanda hepatitis B (HBsAg, Anti HBc IgM)
Penanda hepatitis C (Anti HCV, HCV RNA)
Penanda hepatitis E (Anti HEV IgM)

Pemeriksaan untuk hepatitis kronis :
Enzim GOT, GPT
Penanda hepatitis B (HBsAg, HBe, Anti HBc, Anti HBe, HBV DNA)
Penanda hepatitis C (Anti HCV, HCV RNA)
Penanda imunitas :
-Anti HAV,
-Anti HBsAg

METABOLISME BILIRUBIN
            Dapat dibedakan beberapa tahap:
1.      Produksi: katabolisme hemoglobin berasal dari eritrosit tua yang terjadi di system fagosit mononuclear (RES), eritropoiesis yang tidak efektif (sumsum tulang), protein heme (noneritroid, hati).
2.      Transport di plasma: bilirubin bebas diikat oleh albumin dikenal sebagai bilirubin indirek (bilirubin 1), bilirubin tidak dikonyugasi (unconjugated bilirubin, UCB).
3.      Pengambilan oleh hati: bilirubin indirek dari sinusoid diambil secara aktif melalui reseptor, lalu dibawa oleh protein transport.
4.      Konyugasi: di reticulum endoplasmic, bilirubin indirek diesterifikasi/dikonyugasi dengan asam glukoronat dikatalisis oleh enzim transfarase (uridyl di-phosohate glucuronyl transferase=UDPGT) menjadi bilirubin mono- dan di-glukuronida (bilirubin II/ bilirubin direk/ conjugated bilirubin, CB).
5.      Ekskresi ke saluran empedu: intra dan ekstra hepatic, merupakan proses aktif yang memerlukan energy
6.      Ekskresi enterohepatik: terjadi pembentukan urobilinogen (mikroflora)
7.      Sirkulasi enterohepatik: urobilinogen usus (20%) diserap kembali oleh system portal, diambil kembali oleh sel hati, 2-5% masuk sirkulasi sistemik dan diekskresi oleh ginjal sebagai urobilinogen yang dioksidasi menjadi urobilin
8.      Ekskresi: urobilinogen dalam tinja, selanjutnya dioksidasi menjadi sterkobilin

IKTERUS / Jaundice
      Kadar bilirubin total darah ≥2.5 mg/dL. Metabolit lain kadarnya bervariasi tergantung jenis ikterusnya.

Patofisiologi dan penyebabnya ikterus:
      Ikterus dapat terjadi oleh bermacam-macam penyebab, yaitu:
1.      Produksi bilirubin berlebihan: hemolisis, hematoma, perdarahan saluran cerna, eritropoiesis tidak efektif
2.      Pengambilan oleh hati terganggu: obat, gagal jantung kongestif, BSP, bahan kontras radiologis, steroid, sindroma Gilbert, ikterus neonatorum faali
3.      Konyugasi terganrtung: ikterus neonatorum faali, sindroma Gilbert, sindroma Criggler-Najjar (I dan II), ASI, obat-obatan
4.      Ekskresi bilirubin direk tergantung: intrahepatik (sindroma Dubin Johnson, sindroma Rotor, nekrosis hepatoseluler, obat-obatan, infiltrasi sel ganas, kehamilan) dan sumbatan saluran empedu ekstra hepatic

Dapat dibedakan jenis ikterus, berdasarkan:
1.      LOKASI         :
Pembagian terdahulu mengenai tahapan metabolisme bilirubin yang berlangsung dalam 3 fase; prehepatik, intrahepatik, pascahepatik masih relevan. Pentahapan yang baru menambahkan 2 fase lagi sehingga pentahapan metabolisme bilirubin menjadi 5 fase, yaitu fase pembentukan bilirubin, transpor plasma, liver uptake, konjugasi, dan ekskresi bilier 1. Jaundice disebabkan oleh gangguan pada salah satu dari 5 fase metabolisme bilirubin tersebut.
1. Fase Prahepatik
Prehepatik atau hemolitik yaitu menyangkut jaundice yang disebabkan oleh hal-hal yang dapat meningkatkan hemolisis (rusaknya sel darah merah) 4
a. Pembentukan Bilirubin. Sekitar 250 sampai 350 mg bilirubin atau sekitar 4 mg per kg berat badan terbentuk setiap harinya; 70-80% berasal dari pemecahan sel darah merah yang matang, sedangkan sisanya 20-30% datang dari protein heme lainnya yang berada terutama dalam sumsum tulang dan hati. Peningkatan hemolisis sel darah merah merupakan penyebab utama peningkatan pembentukan bilirubin.
b. Transport plasma. Bilirubin tidak larut dalam air, karenanya bilirubin tak terkojugasi ini transportnya dalam plasma terikat dengan albumin dan tidak dapat melalui membran gromerolus, karenanya tidak muncul dalam air seni.
2. Fase Intrahepatik
Intrahepatik yaitu menyangkut peradangan atau adanya kelainan pada hati yang mengganggu proses pembuangan bilirubin 4
a. Liver uptake. Proses pengambilan bilirubin tak terkojugasi oleh hati secara rinci dan pentingnya protein meningkat seperti ligandin atau protein Y, belum jelas. Pengambilan bilirubin melalui transport yang aktif dan berjalan cepat, namun tidak termasuk pengambilan albumin.
b. Konjugasi. Bilirubin bebas yang terkonsentrasi dalam sel hati mengalami konjugasi dengan asam glukoronik membentuk bilirubin diglukuronida / bilirubin konjugasi / bilirubin direk. Bilirubin tidak terkonjugasi merupakan bilirubin yang tidak laurut dalam air kecuali bila jenis bilirubin terikat sebagai kompleks dengan molekul amfipatik seperti albumin. Karena albumin tidak terdapat dalam empedu, bilirubin harus dikonversikan menjadi derivat yang larut dalam air sebelum diekskresikan oleh sistem bilier. Proses ini terutama dilaksanakan oleh konjugasi bilirubin pada asam glukuronat hingga terbentuk bilirubin glukuronid. Reaksi konjugasi terjadi dalam retikulum endoplasmik hepatosit dan dikatalisis oleh enzim bilirubin glukuronosil transferase dalam reaksi dua-tahap.
3. Fase Pascahepatik
Pascahepatik yaitu menyangkut penyumbatan saluran empedu di luar hati oleh batu empedu atau tumor 4
a. Ekskresi bilirubin. Bilirubin konjugasi dikeluarkan ke dalam kanalikulus bersama bahan lainnya. Anion organik lainnya atau obat dapat mempengaruhi proses yang kompleks ini. Di dalam usus flora bakteri men”dekonjugasi” dan mereduksi bilirubin menjadi sterkobilinogen dan mengeluarkannya sebagian besar ke dalam tinja yang memberi warna coklat. Bilirubin tak terkonjugasi bersifat tidak larut dalam air namun larut dalam lemak. Karenanya bilirubin tak terkojugasi dapat melewati barier darah-otak atau masuk ke dalam plasenta. Dalam sel hati, bilirubin tak terkonjugasi mengalami proses konjugasi dengan gula melalui enzim glukuroniltransferase dan larut dalam empedu cair.
2.      KOMPONEN : Terutama bilirubin indirek (>85% dari total), atau terutama bilirubin direk/kombinasi (bilirubin direk > 50% dari total)
Pada suatu keadaan tertentu misalnya sirosis hepetis, dapat dijumpai beberapa jenis gangguan penyebab ikterus sekaligus.

PENGAMBILAN / PENANGANAN / PENGIRIMAN DARAH: seperti pada umumnya pemeriksaan kimia klinik, pengambilan specimen cara standar selalu dengan persiapan dan seterusnya sampai dengan cara atau teknik pengambilan specimen baik menyangkut posisi dan alat yang dipakai. Demikian pula halnya dengan tahap penanganan dan pengiriman sampel. Khusus untuk faal hati memerlukan darah vena sebanyak 8 – 10 mL.

0 komentar:

Posting Komentar